Friday, April 3, 2015

Perdalam Aswaja untuk Antisipasi Radikalisme

Ilustrasi Tenaga Pendidik Perempuan
Ilustrasi Tenaga Pendidik Perempuan
Maraknya gerakan Islam garis keras menimbulkan keprihatinan. Hal ini menginspirasi berbagai kalangan untuk menyiapkan kader yang mampu membentengi generasi muda dari paham radikalisme, termasuk kaum ibu dan para pendidik perempuan.
“Pengetahuan terhadap dasar-dasar Ahlus Sunnah wal Jamaah ala Nahdlatul Ulama kepada kaum perempuan sangat penting agar bisa disampaikan sejak dini kepada anak-anak,” kata M Afwan Romdhoni dari PW Aswaja NU Center Jatim. Karena itu, sehari penuh pada Ahad (29/3), PW Aswaja NU Center Jawa Timur menyelenggarakan bimbingan pelatihan tentang Aswaja bagi 100 pendidik perempuan.
“Kegiatan ini sebagai jawaban atas kegelisahan para pendidik maupun orang tua atas kian merebaknya gerakan terorisme dan radikalisme,” kata Afwan.
“Selama pelatihan, peserta yang seluruhnya perempuan dan dibatasi 100 orang itu mendapat informasi mendalam seputar kelompok, aliran, dan sekte dalam sejarah umat Islam,” kata Ustadz Afwan, sapaan akrabnya.
Dia menerangkan, sebagai panduan selama pelatihan berlangsung serta untuk bekal usai kegiatan, para peserta yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo dan kota sekitar ini juga dibekali buku modul pelatihan Aswaja yakni Risalah Ahlusunnah Wal Jama’ah: Dari Pembiasaan Menuju Pemahaman Dan Pembelaan Akidah Amaliah NU karya Tim Aswaja NU Center Jatim.
Sementara itu, salah seorang aktifis PW Aswaja NU Center Jatim, Fauzi menjelaskan, peserta menerima penjelasan tentang aktualisasi bid’ah hasanah dalam perspektif al-Qur’an dan Hadits. Dan yang sangat khas dari kegiatan ini, lanjutnya, adalah saat mamasuki sesi membedah tradisi dalam tinjauan ahli hadits dan ulama Salafi.
Sejumlah tradisi yang telah mengakar di masyarakat disampaikan. Seperti tradisi ngapati, mitoni dan tingkepan. Juga mengiringi jenazah dengan bacaan tahlil, serta talqin mayit. “Termasuk keabsahan selamatan 7 hari kematian, jamuan makan kepada para penta’ziyah serta tahlil fida’ atau tebusan,” terangnya.
Fauzi menuturkan, membaca al-Qur’an di kuburan, dzikir bersama dan mengeraskan suara, tahlilan, yasinan, maulid Nabi Muhammad SAW, manaqiban hingga haul juga menjadi hal penting dari pelatihan tersebut. “Termasuk tradisi bulan Syuro, Sya’ban, ruwahan dan nyadran, Shafar, manfaat dan dalil istighatsah serta tawassul,” tandasnya.

No comments:

Post a Comment